Derita Pipit Jawa di Ruang Terbuka Hijau

Burung pipit jawa mudah dijumpai oleh kita. Di ruang terbuka hijau, burung ini banyak bersarang di pepohonan. Sarang burung  dibuat dari campuran plastik, kertas, tali plastik dan dedaunan. Anak-anak kecil sering mengusik sarang burung ini. Mereka mengambil sarang yang sudah  berisi piyik. Nantinya, piyik burung pipit ini dipelihara oleh anak-anak di kandang. Setiap sarang berisi piyik dengan jumlah antara 4-6 anakan. Kelak, jika piyik sudah bisa terbang, burung ini akan dapat kembali ke kandang dengan sendirinya.

Sayangnya, burung pipit ini mudah cepat mati. Burung pipit ini tidak sempat berkembang biak. Ia tidak sempat menemukan pasangan hidupnya. Jadi, ada baiknya kita tidak usah mengambil sarang burung pipit jawa di ruang terbuka hijau. Lebih baik kita membiarkan burung pipit ini hidup di alam terbuka. Bukankah ruang terbuka hijau di daerah perkotaan sudah sangat sempit? Hati kita akan lebih senang dan damai mendengar kicauan burung di ruang terbuka hijau. Perasaan indah mewarnai hidup kita ketika burung-burung pipit jawa saling bercanda dan bernyanyi dengan teman-temannya. Buat siapa saja di seluruh penjuru dunia, biarkanlah burung pipit jawa hidup berdampingan dengan kita.

Pipit Jawa

Pipit Jawa (Lonchura leucogastroides)

Bahasa Indonesia: Bondol Jawa, Pipit

Deskripsi: (11 cm),  hitam, coklat dan putih pipit bertubuh kecil. Bagian atas coklat,  sisi-sisi gelap ekor bagian bawah putih coklat, atas dan dada hitam;  tampak jelas berwarna putih di depan perut, warna putih semakin berkurang ke belakang. putih;.Iris-coklat-keabu-abuan, kaki-coklat; Suara: cheeps lembut 'chi-ee-ee'

Distribusi dan status: Singapura (pendatang), Sumatera Selatan, Jawa, Bali dan Lombok. Di Jawa dan Bali, spesies ini mudah dijumpai hingga pada ketinggian 1500 m dpl.

Kebiasaan:bergerombol di sekitar tanaman budidaya.Hidup berpasangan. Mencari makan di atas tanah atau rerumputan; sering berkicau di sawah-sawah dan di pohon besar.

Diet: biji-bijian, padi.

Pembiakan: sarang berbentuk bola berongga yang menyisakan lubang untuk pintu masuk. Sarang sering ditemukan di pangkal pelepah palem atau semak-semak. Musim perkawinan  sepanjang tahun. Empat atau lima putih telur diletakkan.

Sumber: MacKinnon, John.1991.Field Panduan untuk Burung-burung Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Javan Munia


Javan Munia (Lonchura leucogastroides)
Indonesian : Bondol Jawa, Pipit

Description : Smallish (11 cm), solid, black, brown and white finch. Upperparts brown,  unstreaked; face and upper chest black; belly sides and flanks white undertail dark brown. Distinguished from white-bellied munia by lack of pale streaks on back, lack of yellowish tinge on tail, clean edge between black chest  and white abdomen and white, rather than brown, flanks.
Iris-brown; bill-brown; feet-greyish
Voice : soft cheeps ‘chee-ee-ee’

Distribution and status: Singapore (introduced), South Sumatra, Java, Bali and Lombok. In Java and Bali this is a very common and widespread species up to 1500 m.

Habits: Frequents all kinds of cultivated areas and natural grassy patches. Forms flocks during rice harvest but usually pair-living or in small parties. Feeds on the ground or plucks seed from grass heads; spends much time in noisy chirping and grooming in large trees. Diet : Grass seeds, rice.


Breeding: The nest is a loose hollow sphere of grass blades or other material fixed quite high in a tree among ephiphytes, palm axils or other confined spot. Breeding is year-round. Four or five white eggs are laid.

Source: MacKinnon, John.1991.Field Guide to The Birds of Java and Bali. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.